PEMAHAMAN UNGKAPAN METAFORIS DAN PEMALI ANTARGENERASI GTTF DALAM RITUAL TEKS KE-BATAR-AN: KAJIAN EKOLINGUISTIK
Keywords:
Ungkapan Metaforis, Pemali, Ritual, Teks Ke-Batar-anAbstract
Tulisan ini berjudul Pemahaman Ungkapan Metaforis dan Pemali GTTF Dalam Ritual Teks Ke-batar-an: kajian Ekolinguistik. Ungkapan metaforisi digunakan untuk menggambarkan bahwa jagung masyarkat Malaka menjadikan batar tidak hanya menjadi makanan pokok bagi sebagai media sehingga orang menjadi kenyang, namun dibalik itu batar ‘jagung’ orang malaka, adalah nafas kehidupan mereka karena batar memiliki peran dan kontribusi yang dapat disumbangkan oleh pembudidayaan jagung di masa datang, jagung sejatinya dapat mengeluarkan massa rakyat NTT dari rantai lingkaran setan kemiskinan, yang tengah “mengungkung” masyarakat Malaka. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimankah tingkat pemahaman ungkapan metaforis dan ungkapan pemali dalam teks ritual ke-batar-an. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekolinguistik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa 50 responden usia 15-24 tahun, 46% atau 23 responden menjawab A, yaitu tahu, kenal, dan masih sering menggunakan ungkapan metaforis. Untuk responden usia 25-45 tahun, dari 50 responden, 42% atau 21 responden menjawab A, dan untuk responden usia 46-65 tahun, dari 50 responden, 82% atau 41 responden menjawab A. Dari hasil analisis data, secara keseluruhan dapat diketahui persentase rata-rata antargenerasi mengenai pemhaman terhadap ungkapan badu ‘pemali’di lingkungan ke-batar-an, yaitu sebesar 14% (sangat kurang) untuk responden kelompok usia 15-24 tahun; 39.5% (kurang) untuk responden usia 25-45 tahun; dan 70% (sangat baik) untuk responden usia 46-65 tahun.Rendahnya tingkat pemahaman kelompok usia responden remaja disebabkan oleh rendahnya interaksi, interelasi, dan interdependensi terhadap lingkungan alam dan keberadaan ke-batar-an itu sendiri.